Tuesday 20 September 2011

Mengapa Eropah Menjajah !

 
Invasi Turki ke Eropah
Sejak terakhir kali invasi Alexander the Great ke Asia 334 SM, tak ada lagi kisah ekspansi bangsa Eropah ke seberang lautan. Bahkan dalam period yang cukup panjang, Eropah tertidur bahkan mati suri. Masa-masa ketertiduran inilah, atau yang biasa disebut oleh para sejarawan sebagai the dark age, bangsa Eropah banyak diserang oleh bangsa-bangsa asing. Mulai dari invasi bangsa Gothic abad ke-4, serta invasi bangsa Arab pada abad ke-8, yang berakibat jatuhnya semenanjung Iberia selama 7 abad ke pangkuan pemerintahan muslim. Dilanjutkan dengan invasi singkat bangsa Mongol pada abad ke-13, dan terakhir invasi bangsa Turki di abad ke-15.
Selain menjadi bulan-bulanan bangsa asing, di abad kegelapan ini pula wabak penyakit menyerang dan membunuh sepertiga masyarakat Eropah. Kekuasaan gereja-pun menjadi-jadi. Bahkan pembunuhan atas nama gereja, dilegalkan oleh masyarakat setempat. Lantas mengapa bangsa Eropah yang sakit itu, boleh bangkit hingga akhirnya menguasai dunia ? Banyak faktor yang mempengaruhinya.

Ajaran Averroes
Ibn Rusyd (1126 – 1198) atau yang orang Eropah kenal dengan sebutan Averroes, merupakan seorang tokoh filsafat, ahli hukum, dan teologi dari kerajaan Cordoba, Andalusia. Di masa hidupnya, ilmu filsafat menggema sampai kepada pelajar-pelajar Nasrani di luar kerajaan. St. Thomas Aquinas dan St. Bonaventura, merupakan dua orang pengagum Averroes yang akhirnya menerjemahkan pemikirannya sesuai dengan semangat Kristen. Dari ajaran-ajaran Averroes, dialektika dan logika mulai diperkenalkan. Kebenaran masyarakat yang selama ini hanya bersumber dari gereja, kini mendapat mata air baru. Sejak saat itu, lahirlah pemikir-pemikir Eropah yang banyak bersandar pada ajaran Averroes. Para pemikir tersebut telah secara cerdas dan kreatif membantu raja-raja Eropah ketika penjajahan merajalela.
Percikan ajaran Averroes, dalam batasan-batasan tertentu, juga mengakibatkan terjadinya reformasi gereja di seantero Eropah. Di antara reformis yang paling kencang bersuara ialah Martin Luther dan John Calvin. Merekalah yang menyusun tata baru masyarakat Eropah, yang akhirnya kita kenal sebagai Etika Protestan. Etika Protestan, etika kerja masyarakat Eropah yang tercerahkan. Kerja yang bersumber dari ilmu pengetahuan, efisien, dan adanya pemupukan modal dari setiap keuntungan yang didapat. Dari sinilah muncul kapitalisme, yang pada gilirannya menjadi modal kolonialisme Eropah di seluruh dunia.

Faktor Turki
Sejak kejatuhan imperium Romawi, berabad-abad lamanya tak ada satupun kekuatan yang mampu mendominasi Lautan Tengah. Seluruh bangsa saling saing menyaingi dalam kegiatan bisnis dan perdagangan. Bandar-bandar dagang di kedua belah sisi lautan, baik Eropah maupun Afrika, hidup serasi dan berdampingan. Namun semuanya menjadi berubah. Ketika tahun 1453, bandar utama Konstantinopel jatuh ke pangkuan Turki Utsmani. Pasca kemenangan Turki, seluruh bangsa-bangsa Eropah dipaksanya hengkang berdagang dari kota-kota pantai Mediterania. Venesia, Portugal, Sepanyol, dan Genoa yang paling banyak terkena rugi. Bahkan akibat pelarangan ini, Venesia dan Genoa sampai kolaps dibuatnya.
Pasukan Turki, angkatan perang terhebat di abad 15 dan 16
Namun tak begitu halnya dengan Portugal dan Sepanyol. Melihat realiti tersebut, kedua negara itu harus mencari jalannya sendiri. Sejak tahun 1470, ilmu astronomi mulai dipelajari anak-anak Sepanyol-Portugal. Mengambil ilmu yang tersisa dari bangsa Arab, anak-anak Sepanyol-Portugal belajar membaca bintang, melihat arah angin, dan membuat kompas. Tekadnya cuma satu, untuk mencari rute perdagangan baru tanpa harus berhadap-hadapan dengan kekuatan Turki. Alhasil, kesungguhan mereka berbuah manis. Akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, berlomba-lombalah pelaut Eropah menjelajahi samudera. Tersebutlah nama Magelhans, Colombus, Vasco da Gama, dan Bartholomeus Diaz, sebagai penjelajah Eropah papan atas. Penjelajahan mereka tak hanya menemukan jalur perdagangan baru. Wilayah sekaligus peradaban asing-pun mereka kenal.
Ilmu militer Turki, banyak memperkaya khasanah peradaban Eropah. Dari bangsa inilah orang Eropah belajar membuat meriam, menempa besi menjadi senapang, dan meracik bom dengan hulu ledak kuat. Turki juga mengajarkan kepada orang Eropah bagaimana menyusun kekuatan militer yang jitu. Membentuk pasukan infanteri, kavaleri, dan artileri yang padu sekaligus mematikan. Ilmu dari Turki ini ternyata sangat bermanfaat, terutama ketika menghadapi pasukan-pasukan pribumi yang hendak mereka taklukkan. Kisah petualang Sepanyol Hernan Cortes dalam menaklukkan bangsa Indian Amerika, menjadi contoh bagaimana ampuhnya ilmu militer Turki terhadap penjajahan Eropah di Amerika.

Lahirnya Kaum Merkantilis
Di atas telah sedikit kita singgung, lahirnya kaum merkantilis karena adanya Etika Protestan yang menjadi sistem kerja di tengah-tengah masyarakat Eropah. Penemuan jalan ke timur, begitu penguasa Eropah menyebutnya, menjadi gairah baru masyarakat Eropah ketika itu. Para pelaut dan pedagang, mendadak kaya seketika. Kaum merkantilis menjadi kaum yang terhormat, menggantikan kaum rohaniwan Nasrani.
Kapal Dagang VOC
Di antara perusahaan dagang Eropah, VOC-lah yang paling banyak mengambil peluang. VOC lahir karena adanya orang yang berani mempertaruhkan wang mereka, untuk kegiatan petualangan mencari dunia baru. VOC merupakan perusahaan adventure pertama Eropah, yang memperkenalkan sistem kepemilikan dengan lembaran saham. Satu abad lamanya, VOC mendominasi perdagangan dari Tanjung Harapan hingga Maluku. Lewat perdagangan ini pulalah, pada abad ke-17 Belanda menjadi bangsa terkaya di Eropah.
Inkuisisi orang Yahudi dan Muslim oleh Kristen Sepanyol di akhir abad ke-15, ternyata memberi berkah tersendiri bagi Belanda yang saat itu menjadi jajahan Sepanyol. Berkat kepindahan orang-orang Yahudi ke negeri tanah rendah, Belanda jadi kelebihan wang. Dari Sepanyol, orang-orang Yahudi yang hidup berkecukupan itu, membawa harta kekayaannya dan berinvestasi untuk petualangan VOC ke seluruh dunia. Pertaruhannya ternyata membawa hoki. VOC mejadi perusahaan yang sangat menguntungkan, bahkan harga sahamnya naik hingga berlipat-lipat. Sampai bankrapnya perusahaan ini pada malam tahun baru 1800, VOC telah banyak memberikan jalan bagi penjajahan Belanda di seberang lautan.

Kecemburuan terhadap Muslim
Kekalahan bangsa Eropah melawan Turki muslim dalam beberapa perang, baik perang laut maupun perang darat, mengobarkan semangat mereka untuk mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dimanapun mereka temui. Kejengkelan orang Eropah terhadap muslim, semakin menjadi-jadi setelah mereka menyadari bahwa barang-barang komoditi yang tiba di Eropah, selama ini telah di mark-up beberapa kali oleh pedagang muslim.
Barang-barang komoditi seperti pala dan cengkeh, yang diperoleh dari kepulauan Maluku, boleh jadi telah di mark-up 10 hingga 20 kali sebelum akhirnya dibeli oleh masyarakat Eropah. Boleh dibayangkan harga cengkeh 1 gulden di kepulauan Maluku, jadi 2 gulden setelah tiba di Melaka, naik menjadi 4 gulden ketika tiba di pantai Gujarat, naik 8 gulden setibanya di Parsi, dan seterusnya hingga harga tersebut membumbung tinggi ketika dibeli oleh warga Belanda. Kemarahan pelaut-pelaut Eropah inilah, yang memperkuat semangatnya untuk menguasai sumber rempah-rempah yang selama ini dikuasai oleh pedagang-pedagang muslim.
Abad ke-16, jaringan bisnis muslim benar-benar dapat mereka lumpuhkan. Pedagang Muslim yang berabad-abad menguasai lalu lintas perdagangan Samudera Hindia, harus mengakui kehandalan Eropah. Tahun 1511, pusat perdagangan muslim di Malaka jatuh ke tangan Portugis. Jatuhnya Melaka, menjadi episod pembuka takluknya kota-kota dagang muslim lainnya ke tangan imperialis Eropah.

No comments:

Post a Comment