Wednesday, 21 September 2011

Mogok Berhubungan Seks !

 Demi menciptakan perdamaian ................

Peta Mindanao
Kesal karena para suami memilih mengangkat senjata, sejumlah isteri di beberapa desa di Kepulauan Mindanao, Filipina, melakukan tindakan mogok seks. Mereka menolak melayani suami sebelum mereka berhenti berperang.
Tindakan itu ternyata berhasil menghentikan aksi kekerasan selama bulan Julai di desa-desa itu. Hal itu terungkap dalam laporan UN High Commissioner for Refugees (UNHCR) yang dirilis minggu ini, CNN melaporkan, Isnin (19/9/2011).
Pemberontakan kelompok pemisah di Mindanao terjadi sejak tahun 1970-an. Akibatnya banyak keluarga terpaksa menjadi pelarian. Mereka kini berusaha membangun kehidupan kembali dengan bantuan UNHCR dan lembaga bantuan lainnya.
Kemudian timbul idea mogok berhubungan seks dengan suami masing-masing demi menciptakan perdamaian agar mereka dapat  membangun desa mereka kembali.
Idea itu timbul ketika para perempuan itu bergabung dengan koperasi menjahit yang dibiaya UNHCR. Banyak dari mereka yang kesal karena tidak dapat mengirim hasil usaha mereka karena peperangan yang terus terjadi antara dua desa.
Juru bicara UNHCR untuk Asia, Kitty McKinsey, mengatakan, dia menyaksikan sendiri perempuan-perempuan diam-diam melakukan tindakan yang membuahkan hasil manis itu.
Dalam beberapa minggu sejak tindakan itu dilakukan, jalan utama desa dibuka kembali dan pertempuran antara desa berhenti. Kaum perempuan yang bergabung dalam koperasi itu berhasil mengirim hasil tenunan mereka dan menggerakkan roda ekonomi desa.
"Kaum perempuan menginginkan suami mereka berhenti bertempur. Dengan menggunakan 'tipu daya' feminiti, mereka berhasil mendesakkan keinginan," kata McKinsey.
Tindakan mogok seks semacam ini bukan hal baru. Drama Yunani Kuno Lysistrata mengisahkan kaum perempuan yang menimbulkan idea mogok seks untuk mengakhiri perang antara Athena dan Sparta.
Pada 2006, tindakan serupa dilakukan kaum perempuan di Pereira, kota di Colombia yang terkenal dengan jenayah dadah dan kekerasan. Pelakunya adalah pasangan dan isteri anggota geng yang berusaha membuat suami atau pasangan mereka meletakkan senjata dan mengubah gaya hidup.
Tindakan mogok seks itu menjadi salah satu cara warga Mindanao untuk mengubah kehidupan. "Saya tersentuh melihat mereka tidak hanya mahu menerima pemberian orang. Mereka bersemangat untuk menolong diri sendiri," kata McKinsey.

No comments:

Post a Comment